Tampilkan postingan dengan label PKn XI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PKn XI. Tampilkan semua postingan

Senin, 28 Maret 2011

cerita

Indahnya Budaya Jawa

Mei 6, 2009

ANALISIS STRUKTURAL CERKAK “BECAK” KARYA BUDI SUSANTO

Filed under: BAHASA — pendekarjawa @ 9:07 am
SINOPSIS “BECAK” KARYA BUDI SUSANTO
Willy Prabowo anak nakal dari keluarga kaya yang terhormat di kampungnya. Kekayaan yang dimiliki keluarganya membuat dia menjadi anak manja, semua keinginannya dikabulkan ayahnya. Setelah lulus SMA Ia melanjutkan kuliah di Semarang. Karena sangat membanggakan kekayaannya, Willy berjanji jika kelak menikah maka harus dengan orang yang cantik dan dari keluarga kaya juga.
Pada sore hari setelah pulang kuliah Willy terpaksa pulang ke Yogya untuk mengambil Papper yang tertinggal. Dengan sepeda motor pinjam temanya Willy pulang ke Yogya dengan selamat, namun di perjalanan kembali ke semarang Ia mendapat kecelakaan. Willy ditolong oleh seorang tukang becak, Pak Ramidjo namanya, semua urusan rumah sakit beliau yang mengurusinya. Willy yang hamper kekurangan darah juga dibantu dengan sumbangan darah dari itrinya.
Di rumah Sakit Willy dirawat oleh perawat cantik berhati baik dengan penampilan yang sederhana. Karena kesabaran dan ketelatenannya dalam merawat Willy, Willypun jatuh cinta pada Miarsih. Meskipun tidak mendapat izin dari ayahnya karena Miarsih adalah anak dari Pak Ramidjo Willy tetap melamarnya.
Setahun-dua tahun Pak Wandoyo orang tua Willy masih tidak suka melihat menantunya. Tetapi setelah Miarsih dikaruniai anak yang bagus, semua menjadi suka.keluarga Willy dan Miarsih menjadi langgeng.
A. Tema
· Definisi tema:
o Tema adalah pokok pikiran, dasar cerita (yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, menggubah sajak, dsb) (KBBI).
o Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantic dan yang menyangkut prsamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan (Hartoko&Rahmato via Nurgiantoro, 2000:68).
o Tema adalah makna yang terkandung oleh sebuah cerita (Stanton&Keni via Nurgiyantoro, 2000:67).
o Tema adalah pokok pikiran, dasar cerita atau sesuatu yang dipercakapkan dipakai sebagai dasar untuk mengarang (Purwadarminta,1984:104).
o Tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya (Keraf, 1980: 107).
o Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Tema merupakan amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Dalam karang mengarang, tema adalah pokok pikiran yang mendasari karangan yang akan disusun. Dalam tulis menulis, tema adalah pokok bahasan yang akan disusun menjadi tulisan. Tema ini yang akan menentukan arah tulisan atau tujuan dari penulisan artikel itu. Menentukan tema berarti menentukan apa masalah sebenarmya yang akan ditulis atau diuraikan oleh penulis (www.penulissukses.com).
o Tema adalah dasar atau makna suatu cerita atau novel (Brooks dan Warren via Tarigan, 1991: 125).
Kesimpulan:
Tema adalah pandangan hidup tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar atau gagasan utama dari suatu karya sastra.
· Tema Cerkak “Becak”:
Tema dari Cerpen dengan judul “BECAK” karya Budi Susanto adalah Cinta tidak memandang harta dan kedudukan. Meskipun Willy Prabowo berasal dari keluarga kaya dan terhormat dan pernah berjanji jika kelak menikah maka harus dengan orang cantik dan berasal dari keluarga kaya juga, tetapi setelah bertemu Miarsih yang sederhana dan tidak berasal dari keluarga terhormathati Willy pun luluh, karena cinta tidak memandang harta dan kedudukan seseorang, melainkan cinta itu memandang hati.
B. Alur
· Definisi alur:
o Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama dan menggerakkan jalan cerita melalui kerumitan ke arah klimaks dan penyelesaian; jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu (pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal atau waktu dan oleh hubungan kausal atau sebab-akibat) (KBBI).
o Alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa lain (Stanton via Nurgiyantoro, 2000 : 113).
o Alur adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan kausatif (Foster via Nurgiantoro, 2000 : 113)
o Alur adalah struktur peristiwa-peristiwa, yaitu sebagai mana yang terlihat dalam pengurutan dan penyalinan berbagai peristiwa tersebut untuk mencapi efek emosional dan artistic tertentu (Abrams via Nurgiantoro, 2000 : 113).
o Alur adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan hubungan kausalitas (Wiyatmi, 2006 : 36)
o Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah inter-relasi fungsional yang sekaligus fiksi. Dengan demikian, alur ini merupakan perpaduan unsur–unsur yang membangun cerita. Dalam pengertian ini alur merupakan rangkaian suatu jalur tempat lewatnya rentetan peristiwa yang merupakan rangkaian pola tindak tanduk yang berusaha memecahkan konfflik yang terdapat di dalamnya (Semi, 1984:35).
o Alur adalah urutaan atau rangkaian peristiwa dalam cerita rekaan.
Kesimpulan:
Alur adalah gerak cerita yang sambung-sinambung berdasarkan gambaran hukum sebab-akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi tetapi lebih penting adalah menggambarkan mengapa hal itu terjadi.
· Alur dalam cerkak “Becak” adalah:
Cerkak “Becak” karya Budi Susanto memiliki alur maju. Karena dalam urutan penceritaan setiap peristiwanya pengarang menceritakan secara berurutan.
Diceritakan Willy Prabowo mulai dari SMA sampai kuliah, dan di masa kuliah dia mengalami kecelakaan sepeda motor yang kemudian dirawat di rumah sakit yang kemudian di sanalah Ia menemukan Miarsih seorang perawat cantik berpenampilan sederhana yang merubah pandangannya tentang kedudukan seseorang.
· Skema Plot cerkak “Becak”:
P1-P2-P3-P4-P5
· Diagram Plot cerkak “Becak”:
Keterangan:
Berdasarkan urutannya maka termasuk plot maju
P1 : Willy Prabowo lulus SMA melanjutkan kuliah di Semarang.
P2 : Suatu hari ada tugas Willy yang tertinggal di rumahnya di Jogja, padahal tugasnya itu sudah harus dikumpulkan pada esok harinya.
P3 : Willy pulang kerumah dengan meminjam sepeda motor milik teman kostnya. Di perjalanan balik dari Jogja menuju Semarang Willy mengalami kecelakaan.
P4 : Willy dirawat di rumah sakit oleh Miarsih, seorang perawat anak tukang becak yang berpenampilan sederhana dengan hati yang sangat baik yang kemudian membuat Ia jatuh hati padanya.
P5 : Willy menikah dengan Miarsih.
C. Penokohan
· Definisi penokohan:
o Tokoh adalah pemegang peran (peran utama) dl roman atau drama (KBBI).
o Tokoh adalah pelaku atau aktor dalam sebuah cerita sejauh ia oleh pembaca dianggap sebagai tokoh kongkrit, individual (Hartoko & Rahmanto, 1986: 144).
o Penokohan adalah pelukisan, gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones, 1962:33 via Burhan Nurgiyantoro)
o Penokohan adalah sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi dan prinsip moral yang dimiliki (Stanton, 1965:17 via Burhan Nurgiyantoro).
o Penokohan adalah orang yang ditampilkan dalam karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki mkualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Abrams, 1981:20 via Burhan Nurgiyantoro).
o Burhan Nurgiantoro (2000:165) mengartikan penokohan merupakan pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita
Kesimpulan:
Penokohan adalah gambaran pelaku dalam cerita yang diciptakan pengarang memiliki ciri yang khas, kualitas moral, dan kecenderungan tertentu yang terlihat dalam perbutannya, melalui tokoh dengan konflik-konfliknya yang bergerak sepanjang alur, penulis menyampaikan tema dan pesan-pesannya.
· Penokohan dalam cerkak “Becak” adalah:
o Tokoh utama : Willy Prabowo
o Tokoh tambahan : Miarsih, Pak Ramidjo
o Tokoh dinamik : Willy Prabowo
o Tokoh protagonis : Pak Ramidjo, Miarsih
o Tokoh antagonis : peristiwa kecelakaan sepeda motor
· Watak tokoh dalam cerkak “Becak” adalah :
o Willy Prabowo : Awalnya Willy diceritakan merupakan anak yang nakal dan sangat sombong. Kekayaan yang dimiliki keluarganya membuat dia menjadi anak manja. Karena sangat membanggakan kekayaannya, Willy berjanji jika kelak menikah maka harus dengan orang yang cantik dan dari keluarga kaya juga. Namun setelah bertemu dengan Miarsih Willy berubah menjadi orang yang tidak memendang seseorang berdasarkan harta dan kedudukannya.
o Miarsih : Seorang gadis berhati baik dengan penampilan yang sederhana. Memiliki sifat sabar dan telatenan dalam merawa pasien.
o Pak Ramidjo : Orang tua yang ber profesi sebagai tukang becak dengan hati baik, suka menolong dengan ikhlas dan tanpa pamrih.
D. Latar
· Definisi latar:
o Latar adalah keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra (KBBI).
o Latar adalah tempat,hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan (Abrams, 1981:175 via Burhan Nugiayantoro)
o Latar adalah penempatan dalam ruang dan waktu (Hartoko & Rahmanto, 1986: 178).
o Latar adalah tempat dan waktu (di mana dan kapan) suatu ceritera terjadi (www.hsc.csu.edu.au).
o Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar meliputi penggambaran letak geografis (termasuk topografi, pemandangan, perlengkapan, ruang), pekerjaan atau kesibukan tokoh, waktu berlakunya kejadian, musim, lingkungan agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional tokoh.
o Latar disebut juga setting, yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra (http://sastradewa.blogspot.com).
Kesimpulan:
Latar/setting adalah unsur dalam cerita yang memberikan informasi tentang tempat, waktu dan lingkungan sosial terjadinya peristiwa-peristiwa.
· Latar dalam cerkak “Becak” adalah:
o Tempat :Yogyakarta (rumah), Semarang (kost), Muntilan (Rumah sakit) dan jalan yang dilewati, yaitu antara Semarang-Yogyakarta.
o Waktu :Siang hari, sore hari sampai seminggu setelah itu, saat Willy Prabowo duduk di bangku kuliah.
o Sosial : Sebagian besar orang berpendapat bahwa harta dan kedudukan dalam masyarakat merupakan hal yang sangat dihargai dan dihormati.
E. Judul
· Definisi judul:
o Judul adalah nama yang dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang dapat menyiratkan secara pendek isi atau maksud buku atau bab itu; kepala karangan (cerita, drama, dsb) (KBBI).
o Judul adalah lapis terluar suatu cerita (Padmopuspita via Pamulat, 2001: 20)
o Judul adalah gambaran makna suatu cerita (Widyaningsih, 2000: 13)
o Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersipat menjelaskan diri dan yang manarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah (lokasi). Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan. Ada yang mendefinisikan Judul adalah lukisan singkat suatu artikel atau disebut juga miniatur isi bahasan. Judul hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan menarik. Judul artikel diusahakan tidak lebih dari lima kata, tetapi cukup menggambarkan isi bahasan (www.penulissukses.com).
o Judul adalah sarana utama pengarang untuk menyampaikan apa yang akan diungkapkan/diceritakan dan dijadikan daya tarik utama suatu karya fiksi.

Kesimpulan:
Judul adalah sarana utama pengarang untuk menyampaikan apa yang akan diungkapkan/diceritakan dan dijadikan daya tarik utama suatu karya fiksi.

· Hubungan judul dengan isi cerkak:
Hubungan judul dengan isi cerkak adalah diceritakan seorang yang sebelumnya memiliki sifat nakal dan sombong yaitu Willy Prabowo, kemudian sifat buruknya itu berubah setelah mengalami kecelakaan dan ditolong oleh seorang tukang becak serta dirawat oleh perawat cantik anak seorang tukang becak tersebut yang kemudian Ia cintai dan menjadi isterinya.
F. Sudut pandang
· Definisi sudut pandang
o Sudut pandang adalah visi pengarang dalam arti bahwa ia merupakan pandangan yang diambil oleh pengarang dengan melihat peristiwa dan kejadian dalam cerita (Sayuti via Widyaningsih, 2000: 15).
o Sudut pandang adalah cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (Abrams via Nurgiantoro, 2000: 248).
o Sudut pandang adalah tempat pencerita dalam hubungannya dengan cerita, dari sudut mana pencerita menyampaikan kisahnya (Sudjiman via Zulfanur, 1996: 35).
o Sudut pandang adalah siapa yang mengamati peristiwa dan menyampaikan kisahnya (Brooks via Zulfanur, 1996: 35).
o Sudut pandang adalah teknik yang digunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna karya artistik, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca (Padmopuspita via Pamulat, 2001: 21).
o Menurut Didik Wijaya, ada dua sudut pandang yang biasa dipakai di dalam penulisan fiksi, antara lain:
­ First Person Point of View (Sudut Pandang Orang Pertama)
Di sini, penulis berperan sebagai salah satu karakter. Karakter dipakai biasanya adalah karakter utama di cerita. Biasanya sudut pandang ini mudah dikenali, dengan ‘aku’ atau ‘saya’ sebagai karakter utama.
­ Third Person Point of View (Sudut Pandang Orang Ketiga)
Sudut pandang orang ketiga dipakai bila kita menggunakan penulis yang tidak ikut menjadi salah satu karakter fiksi tersebut. Namun, penulis tersebut mengetahui apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh karakter-karakter tersebut. Sudut pandang orang ketiga bisa dibedakan lagi menjadi Omniscient dan Limited. Kalau di Omniscient Point of View, orang ketiga tersebut mengetahui semuanya tentang seluruh karakter cerita, baik perasaannya atau pikirannya. Sedangkan yang Limited, orang ketiga itu hanya mengetahui tentang beberapa karakter saja.
Kesimpulan:
Sudut pandang adalah cara pandang yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh dalam cerita.
· Sudut pandang dalam cerkak “Becak” adalah:
Sudut padang yang digunakan pengarang dalam hal ini Budi Susanto Ia menggunakan sudut pandang orang ketiga. Karena dalam penceritaanya pengarang menceritakan tokoh Willy Prabowo dengan Ia sebagai orang yang serba tahu tentang apa yang teerjadi dalam jalanya cerita. Sebagai orang ketiga, pengarang tidak terlibat dalam cerita tersebut tetapi Ia hanya duduk sebagai seorang pengamat atau dalang yang serba tahu.
G. Simbol
· Definisi symbol:
o Simbol adalah sesuatu yang biasanya konkrit yang digunakan untuk mewakili suatu pengertian yang abstrak (www.hsc.csu.edu.au).
o Simbol digunakan selain untuk segi keindahan, juga untuk menjelaskan dengan lebih bening artian yang abstrak (www.hsc.csu.edu.au).
Kesimpulan:
Simbol adalah sesuatu yang yang digunakan untuk mewakili suatu pengertian yang abstrak atau untuk segi keindahan.
· Simbol yang ada dalam cerkak “Becak” adalah:
o Menggunakan bahasa yang menggambarkan keadaan di malam sebelumnya yang turun hudan deras dengan petir yang menyambar-nyambar sehingga menyebabkan jalan menjadi licin.
H. Waktu cerita
· Definisi waktu cerita
o Waktu lakuan yaitu waktu yang dibuhkan untuk membaca cerita tersebut sampai selesai.
o Rentang waktu cerita yaitu lamanya waktu dalam kisah yang diceritakan dalam cerita.
· Waktu cerita dalam cerkak “Becak” adalah:
o Waktu lakuan dalam cerkak tersebut adalah 30 mrnit.
o Rentan waktu cerita dalam cerkak tersebut adalah sekitar 2 tahun, yaitu mulai dari Willy Prabowo kuliah di semarang, kemudian mengalami kecelakaan yang membuat dirinya mengenal Miarsih dan kemudian menikah dan memiliki anak.

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cerpen dengan judul “BECAK” karya Budi Susanto menceritakan Willy Prabowo yang pada awalnya memiliki sifat nakal dan sombong akan kekayaan yang dimiliki keluaraganya serta berjanji lika kelak akan menika maka harus dengan orang yang cantik dan berasal dari keluarga kaya juga. Namun dalam perjalanan hidupnya Willy mengalami kecelakaan dan ditolong oleh seorang tukang becak bernama Pak Ramidjo yang kemudian mengurusi segala keprluanya. Di Rumah sakit Ia dirawat oleh seorang perawat cantik berpenampilan sederhana yang ternyata adalah putri dari Pak Ramidjo. Karena dalam merawat Ia sangat sabar dan telaten Willy pun menjadi jatuh hati padanya. Akhir ceita, meskipun ditentang orang tuanya karena bukan berasal dari keluarga yang sepadan, Willy tetap menikah dengan Miarsih.
Unsur-unsur intrinsik yang membanguk cerkak “Becak”:
    1. Tema
Tema dari cerkak “Becak” adalah percintaan. Percintaan antara Willy Prabowo dengan Miarsih.
    1. Alur
Cerkak “Becak” karya Budi Susanto memiliki alur maju. Karena dalam urutan penceritaan setiap peristiwanya pengarang menceritakan secara berurutan.
    1. Penokohan
Dalam cerkak ini terdapat 2 toko utama yang awalnya memiliki karakter yang saling berlawanan, namun pada akhr cerita sifat tokoh pertama luluh setelah bertemu dengan tokoh kedua.
    1. Latar
Cerkak “Becak” memiliki latar di wilayah Yogyakarta, Semarang dan Muntilan, pada saat Willy Prabowo masih kuliah di salah satu perguruan tinggi di Semarang.
    1. Judul
Judul “Becak” dalam cerkak ini memiliki keterkaitan karena dalam jalanya cerita tokoh utama mengalami kejadian penting dalam hidupnya setelah bertemu dengan keluarga Pak Ramidjo yang merupakan seorang tukang becak.
    1. Sudut Pandang
Sudut pandang yang dgunakan oleh Budi Susanto adalah sudut pandang orang ketiga, dimana Ia tidak terlibat dalam jalanya cerita melainkan hanya sebagai pengamat yang srba tahu.
B. SARAN
Cerita pendek berjudul “becak” karya Budi Susanto yang dikutip dari Tabloid Jaka Lodang ini memiliki nilai-nilai moral yang sangat tepat jika ditrpkan dalam kehidupan sehari-hari dikalangan para pemuda pada masa skarang ini. Seseorang tidak hanya memandang orang lain berdasarkan harta dan kedudukan yang dimilikinya, melainkan juga harus dilihat dari sifat dan perbuatanya. Sehingga tepatlah jika nilai ini diterapkan dalam kehidupan para
Baca Selengkapnya - cerita

peristiwa

1. SALARAN UNTUK PAK USTADZ TETAP DIADAKAN SEPERTI BIASA.

2. DIMOHON AGAR KEHADIRAN PAK USTADZ LEBIH DITITIK BERATKAN PADA PENGAJIAN.
JIKA ADA PANGGILAN PASIEN DAN ATAU UNDANGAN LAINNYA, PAK USTADZ AGAR BISA MENGATUR JADWAL WAKTU YANG TEPAT SEHINGGA TIDAK MENGECEWAKAN ANGGOTA PENGAJIAN YANG TELAH HADIR.

3. PAK USTADZ HARUS BERANI MEMUTUSKAN KEPADA SANTRI UNTUK MENGULANG KEMBALI AYAT YANG TELAH DIBACANYA KARENA MEMANG YANG BERSANGKUTAN MASIH BANYAK KESALAHAN TANPA ADA UNSUR APAPUN.

4. PENGAJIAN TETAP DIMULAI BA’DA MAGHRIB. JIKA YANG HADIR BELUM MAKSIMAL (YANG HADIR BARU 3 – 4 ORANG) MAKA PENGAJIAN TETAP DIMULAI, TRADISI SHOLAWAT ATAU DO’A DIUNDUR.
YANG DATANG DULUAN AKAN DIPANGGIL TERLEBIH DAHULU.

5. HAL-HAL LAIN YANG BELUM JELAS, AKAN DIMUSYAWARAHKAN KEMUDIAN.

UNTUK PARA ANGGOTA PENGAJIAN / SANTRI :

SEJAK DIADAKANNYA MUSYAWARAH INI :

1. ANGGOTA PENGAJIAN TETAP TERBUKA UNTUK MASYARAKAT UMUM DI LINGKUNGAN WILAYAH AL-JIHAD CIPONDOH TANGERANG.

2. SENTRAL PENGAJIAN DIADAKAN DI RUMAH KEDIAMAN :
A. BAPAK H. UNUS KURDIN
B. BAPAK USTADZ
KECUALI ADA ANGGOTA YANG MEMINTA UNTUK BERKETEMPATAN PENGAJIAN.
DENGAN CATATAN KOORDINASI 3 HARI SEBELUMNYA KE
BAPAK H. UNUS KURDIN ATAU BAPAK USTAD DAN SELANJUTNYA MEMBERITAHUKAN KEPADA PARA ANGGOTA PENGAJIAN YANG LAINNYA.

3. SANTRI YANG DINYATAKAN OLEH PAK UASTADZ “HARUS MENGULANG AYAT YANG TELAH DIBACANYA”, MAKA SANTRI HARUS MENERIMANYA DENGAN HATI YANG LAPANG DENGAN TIDAK ADA PERASAAN APAPUN DALAM HATI NURANINYA (JAUHKAN PRASANGKA-PRASANGKA NEGATIF) KARENA PENGAJIAN MALAM SENIN INI BUKAN BERTUJUAN MENGEJAR TARGET NGAJI, KECUALI MENGAJI SENDIRI DI RUMAH MASING-MASING.

4. A. MULAI DIAKTIFKAN / DIADAKAN TABUNGAN ATAS NAMA PRIBADI
YANG BESAR RUPIAHNYA SESUAI DENGAN KEMAMPUAN.
B. TABUNGAN HANYA DIADAKAN SAAT BERLANGSUNGNYA
PENGAJIAN YANG DISERAHKAN PADA BENDAHARA YANG
DITUNJUK.
C. TABUNGAN ATAS NAMA PRIBADI BISA DIAMBIL SEWAKTU
WAKTU.
DENGAN CATATAN SETIAP PENGAMBILAN AKAN DIPOTONG 10 %
UNTUK KEPENTINGAN KAS PENGAJIAN.
D. KAS PENGAJIAN MULAI DIADAKAN YANG SUMBERNYA BERASAL DARI ANGGOTA SEBESAR 10 % DARI TARIKAN TUNAI TABUNGANNYA.
E. SAAT PENUTUPAN PENGAJIAN (MENJELANG RAMADHAN) SELURUH ANGGOTA WAJIB MENERIMA TABUNGAN DARI BENDAHARA YANG DIPOTONG 10 % UNTUK KEPENTINGAN KAS PENGAJIAN.
F. UANG TABUNGAN DAN KAS PENGAJIAN TIDAK BISA DIPINJAMKAN OLEH SIAPA PUN DAN ATAU DENGAN ALASAN APAPUN, KECUALI MENGAMBIL TABUNGAN PRIBADI YANG DIPOTONG 10 % UNTUK KEPENTINGAN KAS PEENGAJIAN.

5. SETIAP PEMBUKAAN PENGAJIAN (SETELAH ’IEDHUL FITRI) PENGAJIAN DIADAKAN DI RUMAH BAPAK USTADZ, KECUALI ADA ANGGOTA YANG MEMINTANYA.

6. UNTUK KEPERLUAN ANGGOTA YANG TERKENA MUSIBAH, MAKA TABUNGAN AKAN DIPOTONG BERDASARKAN HASIL KESEPAKATAN PARA ANGGOTA, YANG SELANJUTNYA DISERAHKAN KEPADA YANG BERSANGKUTAN YANG TERKENA MUSIBAH.


7. HAL-HAL LAIN YANG BELUM JELAS, AKAN DIMUSYAWARAHKAN KEMUDIAN.



TANGERANG, 29 OKTOBER 2007
MENGETAHUI, A.N.
GURU PENGAJIAN ANGGOTA PENGAJIAN
Baca Selengkapnya - peristiwa

Kamis, 24 Maret 2011

Budaya Politik

  1. Budaya politik

Budaya politik merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan benegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya politik juga dapat di artikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat yang memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya.

Bagian-bagian budaya politik

Secara umum budaya politik terbagi atas tiga :
  1. Budaya politik apatis (acuh, masa bodoh, dan pasif)
  2. Budaya politik mobilisasi (didorong atau sengaja dimobilisasi)
  3. Budaya politik partisipatif (aktif)

Tipe-tipe Budaya politik

  • Budaya politik parokial yaitu budaya politik yang tingkat partisipasi politiknya sangat rendah. Budaya politik suatu masyarakat dapat di katakan Parokial apabila frekwensi orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya politik mendekati nol atau tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap keempat dimensi tersebut. Tipe budaya politik ini umumnya terdapat pada masyarakat suku Afrika atau masyarakat pedalaman di Indonesia. dalam masyarakat ini tidak ada peran politik yang bersifat khusus. Kepala suku, kepala kampung, kyai, atau dukun,yang biasanya merangkum semua peran yang ada, baik peran yang bersifat politis, ekonomis atau religius.
  • Budaya politik kaula (subjek),yaitu budaya politik yang masyarakat yang bersangkutan sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih bersifat pasif. Budaya politik suatu masyarakat dapat dikatakan subyek jika terdapat frekwensi orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan objek output atau terdapat pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang di buat oleh pemerintah. Namun frekwensi orientasi mengenai struktur dan peranan dalam pembuatan kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan. Para subyek menyadari akan otoritas pemerintah dan secara efektif mereka di arahkan pada otoritas tersebut. Sikap masyarakat terhadap sistem politik yang ada ditunjukkan melalui rasa bangga atau malah rasa tidak suka. Intinya, dalam kebudayaan politik subyek, sudah ada pengetahuan yang memadai tentang sistem politik secara umum serta proses penguatan kebijakan yang di buat oleh pemerintah.
  • Budaya politik partisipan,yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik yang sangat tinggi. Masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif dalam kegiatan politik. Dan juga merupakan suatu bentuk budaya politik yang anggota masyarakatnya sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai empat dimensi penentu budaya politik. Mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem politik secara umum, tentang peran pemerintah dalam membuat kebijakan beserta penguatan, dan berpartisipasi aktif dalam proses politik yang berlangsung. Masyarakat cenderung di arahkan pada peran pribadi yang aktif dalam semua dimensi di atas, meskipun perasaan dan evaluasi mereka terhadap peran tersebut bisa saja bersifat menerima atau menolak.

Budaya politik yang berkembang di indonesia

Gambaran sementara tentang budaya politik Indonesia, yang tentunya haruus di telaah dan di buktikan lebih lanjut, adalah pengamatan tentang variabel sebagai berikut :
  • Konfigurasi subkultur di Indonesia masih aneka ragam, walaupun tidak sekompleks yang dihadapi oleh India misalnya, yang menghadapi masalah perbedaan bahasa, agama, kelas, kasta yang semuanya relatif masih rawan/rentan.
  • Budaya politik Indonesia yang bersifat Parokial-kaula di satu pihak dan budaya politik partisipan di lain pihak, di satu segi masa masih ketinggalan dalam mempergunakan hak dan dalam memikul tanggung jawab politiknya yang mungkin di sebabkan oleh isolasi dari kebudayaan luar, pengaruh penjajahan, feodalisme, bapakisme, dan ikatan primordial.
  • Sikap ikatan primordial yang masih kuat berakar, yang di kenal melalui indikatornya berupa sentimen kedaerahan, kesukaan, keagamaan, perbedaan pendekatan terhadap keagamaan tertentu; purutanisme dan non puritanisme dan lain-lain.
  • kecendrungan budaya politik Indonesia yang masih mengukuhi sikap paternalisme dan sifat patrimonial; sebagai indikatornya dapat di sebutkan antara lain bapakisme, sikap asal bapak senang.
  • Dilema interaksi tentang introduksi modernisasi (dengan segala konsekuensinya) dengan pola-pola yang telah lama berakar sebagai tradisi dalam masyarakat.

Budaya Politik di Indonesia

  • Hirarki yang Tegar/Ketat
Masyarakat Jawa, dan sebagian besar masyarakat lain di Indonesia, pada dasarnya bersifat hirarkis. Stratifikasi sosial yang hirarkis ini tampak dari adanya pemilahan tegas antara penguasa (wong gedhe) dengan rakyat kebanyakan (wong cilik). Masing-masing terpisah melalui tatanan hirarkis yang sangat ketat. Alam pikiran dan tatacara sopan santun diekspresikan sedemikian rupa sesuai dengan asal-usul kelas masing-masing. Penguasa dapat menggunakan bahasa 'kasar' kepada rakyat kebanyakan. Sebaliknya, rakyat harus mengekspresikan diri kepada penguasa dalam bahasa 'halus'. Dalam kehidupan politik, pengaruh stratifikasi sosial semacam itu antara lain tercemin pada cara penguasa memandang diri dan rakyatnya.
  • Kecendrungan Patronage
Pola hubungan Patronage merupakan salah satu budaya politik yang menonjol di Indonesia.Pola hubungan ini bersifat individual. Dalam kehidupan politik, tumbuhnya budaya politik semacam ini tampak misalnya di kalangan pelaku politik. Mereka lebih memilih mencari dukungan dari atas daripada menggali dukungn dari basisnya.
  • Kecendrungan Neo-patrimoniaalistik
Salah satu kecendrungan dalam kehidupan politik di Indonesia adalah adanya kecendrungan munculnya budaya politik yang bersifat neo-patrimonisalistik; artinya meskipun memiliki atribut yang bersifat modern dan rasionalistik zeperti birokrasi, perilaku negara masih memperlihatkan tradisi dan budaya politik yang berkarakter patrimonial.
Ciri-ciri birokrasi modern:
  • Adanya suatu struktur hirarkis yang melibatkan pendelegasian wewenang dari atas ke bawah dalam organisasi
  • Adanya posisi-posisi atau jabatan-jabatan yang masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab yang tegas
  • Adanya aturan-aturan, regulasi-regulasi, dan standar-standar formalyang mengatur bekerjanya organisasi dan tingkah laku anggotanya
  • Adanya personil yang secara teknis memenuhi syarat, yang dipekerjakan atas dasar karier, dengan promosi yang didasarkan pada kualifikasi dan penampilan.
Baca Selengkapnya - Budaya Politik
 
Copyright (c) 2010 DhyaH254_CoffeeStarlite UnderNight and Powered by Blogger.